Kamis, 30 Oktober 2008

When jesus christ not exposed in BABEL

Mendengar judul film ini mungkin yang langsung terbayang dalam benak kita adalah film gospel yang mengetengahkan perjuangan jesus dalam penyebaran agama nasrani di yerusalem seperti layaknya film passion of the christ gaweannya mel gibson.Well,tidak ada salahnya juga jika kamu berpikiran seperti ini,karena saya pun waktu pertama melihat judul ini film berpikiran seperti itu.saya juga bingung kenapa film yang saya pikir genrex tidak universal dan hanya mewakili penceritaan satu agama saja seperti ini bisa masuk dan dijagokan meraih piala best picture dalam hajatan academy award 2006.dengan segala pertanyaan dan rasa penasaran yang besar akan film babel ini,saya pu menontonnya dari dvd yang disewa dari salah satu rentalan di kota kelahiran saya,Tasikmalaya.

Babel sendiri mengetengahkan beberapa cerita terpisah yang secara tidak langsung memilki kaitan dengan cerita inti.Dan tentu saja,seperti film lainnya yang berhasil menyeruak sebagai kandidat kuat peraih oscar,film ini mengandung moral lesson yang kuat dan tentu saja berkolerasi dengan zaman kiwari ini.

Jauh di perbukitan gurun pasir Maroko, dua bocah, Yossef (Boubker Ait El Caid) dan Ahmed (Said Tarchani), dengan bangga menenteng senjata yang baru dibelikan ayah mereka, Abdullah (Mustapha Rachidi), untuk mengawal kawanan ternak. Sebuah senjata yang tanpa mereka sadari akan melibatkan mereka dalam keruwetan.

Dengan raut polos, Yossef dan Ahmed saling unjuk kebolehan menembak senapan dan mengarahkan ke target yang mereka incar. Sampai suatu saat target tembak Yoseff dan Ahmed bukan lagi batu karang, mereka bertaruh seberapa jauh jarak jangkau peluru senjata mengenai target. Yoseff meminta Ahmed mengarahkan senapan ke sebuah bis yang sedang lewat, dan di luar dugaan mereka, bis berhenti, orang-orang mulai berteriak dan...dimulailah kisah tragis untuk sesuatu yang jauh dari bayangan mereka.

Terpisah jauh dari Yoseff dan Ahmed, di saat yang bersamaan, Amelia (Adriana Barzza), pengasuh anak keturunan Meksiko yang mengadu nasib di San Diego, Amerika. Saat menjaga dua bocah yang ditinggal kedua orang tuanya, Richard (Brad Pitt) dan Susan (Cate Blanchett) pergi berlibur, Ameli menerima telepon yang memintanya segera pulang ke Meksiko untuk menghadiri pernikahan putranya esok hari. Masalah datang saat Richard mengatakan tak bisa pulang ke Amerika karena sebuah insiden di tempat mereka berlibur. Di tengah kekalutan antara pernikahan anaknya dan tugasnya menjaga anak asuhnya, dan tak kunjung menemukan penggatinya, Amelia akhirnya memutuskan nekat membawa kedua anak tersebut menuju Meksiko dengan menumpang mobil keponakannya, Santiago (Gael Garcial Bernal).

Bermil-mil jauhnya, kepanikan juga menghinggapi Richard dan Susan, yang tengah berlibur ke Moroko untuk mengembalikan hubungan mereka yang tak lagi harmonis setelah kematian anak mereka, Sam. Richard berusaha meyakinkan Susan atas perbuatannya di masa lampau yang sampai saat ini tak kunjung dimaafkan Susan. Dinginnya hubungan mereka diperparah dengan tragedi yang mengancam nyawa Susan saat sebuah peluru yang tak diketahui asalnya menembus bahu Susan.

Sementara di benua timur, Chieko (Rinko Kikuchi), seorang gadis Jepang tengah bertanding volley, dengan tatapan prihatin sang ayah, Yasujhiro (Koji Yakusho), yang hanya bisa mengelus dada dan kecewa dengan kekerasan hati putrinya. Yasujiro sangat berhati-hati menghadapi Chieko yang pemberontak dan sensitif, selain juga harus memahami ketaksempurnaan Cheiko yang bisu tuli sejak kecil dan kematian tragis ibunya. Chieko juga dihadapkan dengan masalah 'keperawanan' yang membuatnya moody dan merasa terkucil di antara teman-temannya.

Well bagi kalian yang jenuh dengan hedonisme yang diekspos habis-habisan di sinetron-sinetron kita atau kamu-kamu yang terlalu kenyang disuguhi film komersil Hollywood yang sangat memanjakan mata melalui spesial effect memukau ataupun adegan adu jotos seru tapi miskin akan makna dan moral lesson,film ini kudu kalian masukan sebagai tontonan wajib bulan ini.Walaupun film ni tergolong kategori jadul.

Di film ini kita akan mendapat sebuah nilai kemanusiaan dan bagaimana memahami perbedaan manusia secara utuh.Prasangka,kasih sayang,diskriminatif diekspos secara luar biasa tanpa menghakimi sisi negatif dari nilai kemanusiaan.Saya pribadi terkesan dengan bagaimana sang sutradara,Alejandro Gonjales Inarittu meramu gaweannya tentang bagaimana sebuah prasangka yang salah arah bisa membuat apriori dan fobia tanpa alasan.Di sebuah tempat dan kultural yang di cap teroris (maroko) bisa jadi kita menemukan bagaimana ikatan kasih antar sesama yang kuat.Sebaliknya di belahan dunia lainnya(amerika) yang terlanjur "dihargai" sebagai negeri demokrasi,HAM dan kebebasan malah tersembul kisah tentang pemerkosaan nilai kemanusiaan dan keadilan.Well,ga da yang absolut di dunia ini.

Cerita berbobot,alur yang memikat dan plot cerdas turut didukumg jajaran pemain dengan penampilan akting memukau.Brad pitt menampilkan akting lumayan,mengingatkan kita akan perfomanya di legend of falls.Cate Blanchett,walaupun aktingya ga sebagus saat dia berperan sebagai aktris legendaris katherine Hepburn di the aviator,tetap memberikan kontribusi akting yang ga sedikit.Saya sendiri kagum dengan akting dua aktris pendukungnya,yaitu Adriana Barzza dan Rinko kikuchi.Adriana menampilkan bagaimana kasih sayang mengalahkan segalkanya sedangkan Rinko berhasil memunculkan sisi rapuh karakter Chieko.tak heran bila keduanya masuk nominasi Best Supporting Actress oscar 2006.Bahkan Rinko berhasil mentasbihkan dirinya sebagai wanita jepang kedua yang berhasil masuk nominee oscar.